Assalamu'alaikum sobat semua..., kali ini ane mau berbagi tentang fakta-fakta tentang kurangnya sistem pendidikan di Indonesia. Selamat Membaca!
1. Terlalu Fokus
pada Sistem Hafalan.
Sejak
kecil kita sudah dibiasakan untuk menghafal suatu materi pelajaran. Contoh
pelajaran matematika. Sejak SD kita sudah dibiasakan untuk menghafal
rumus-rumus yang cukup rumit tanpa kita diberitahu darimana rumus itu berasal.
Hal inilah yang menyebabkan banyak siswa tidak paham dengan materi yang
diajarkan. Siswa hanya didorong untuk mengingat,
menyimpan dalam memori dan menghafal berbagai kata dan kalimat standar dengan
tujuan mendapat hasil baik ketika ujian, baik ujian dikelas maupun ujian
nasional. Padahal apa yang tertulis dalam segala materi pelajaran belum tentu
tepat dan mungkin perlu redesign atau peninjauan ulang melalui
pembahasan materi lebih teliti, juga sebagian besar adalah merupakan
klasifikasi, materi dan bahan-bahan menurut paradigma berfikir barat yang
Sekuler.
2.Lupa atau
Sangat Kurang Penempaan Ketrampilan Dan Keahlian Kedua Tangan
Kesalahan fatal dalam sistem
pendidikan di Indonesia adalah tidak menghargai pekerjaan dan ketrampilan
tangan, termasuk pelatihan kerja. Siswa hanya diberi materi-materi tertulis di
buku maupun materi-materi yang didikte, tetapi jika disuruh menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari tidak mampu, sebabnya kenapa? Karena siswa tidak didorong
untuk menghasilkan karya nyata atas apa saja materi yang ditawarkan. Materi
lifeskill amat kurang daripada materi menghafal dan tulisan sehingga hanya
meluluskan nilai-nilai tertulis bukan nilai-nilai yang terimplementasikan dalam
sebuah aktivitas.
3.Pelajar Tidak Terlatih Mengamati
Alam
Salah satu kekeliruan terbesar dunia pendidikan kita adalah alam
semesta telah terusir dan terpangkas menjadi pelajaran-pelajaran buku teks ilmu
alam,bukan pelajaran tentang bagaimana mengamati, mengklasifikasi, meneliti dan
mengobservasi alam secara langsung.Membenamkan teks dan kalimat bukan meneliti
apalagi mengobservasi, tidak lebih hanyalah sebuah permainan kata-kata yang
tidak bermakna dan penuh dengan kegiatan pembenaman kalimat-kalimat kedalam
benak anak didik. Maka yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang hanyalah
sekedar meringkas, mencontek, mengeja, mengekor dan menjiplak hasil karya
ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti dan pengeksplorasi asing tanpa kita bisa
menghasilkan individu-individu andal dibidang ilmu alam.
4.Sistem Pendidikan Penuh Tes Tertulis
Kesalahan terbesar dari sistem pendidikan di Indonesia adalah ujian pelajaran
ditetapkan dengan tes tertulis bukan tes lapangan. Pelajar disibukkan dengan
ulangan tertulis, otaknya penuh dengan kata, kalimat, angka dan peristiwa juga
fakta-fakta yang mesti dibenamkan kedalam otaknya.
Maka pelajar kita hanya disiapkan untuk menjadi manusia ensiklopedia
bukan manusia yang siap hidup dan berkarya nyata. Apakah teks-teks yang
terdapat dalam buku pelajaran bisa menghidupi dirinya? TIDAK. Dia hidup dengan
kedua tangannya dan kedua kakinya, bukan fakta-fakta dalam otaknya.
Sayang sekali kalau milyaran neuron otak dimanfaatkan hanya untuk
menyimpan huruf-huruf mati.. Kenapa mesti lulus dengan nilai-nilai hasil ujian
tertulis bukan ujian praktek maupun ujian pengamatan observasi ataupun ujian
keolahragaan fisik.
5.Amat Kurangnya Sekolah Kejuruan
Kesalahan fatal berikutnya adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata pelajaran
tulis dan sangat kurang sekolah
ketrampilan dan keahlian khusus. Padahal negara ini amat sangat kurang manusia-manusia
berketrampilan teknik dan spesifik, malahan yang lebih dibudidayakan adalah
manusia-manusia kalimat yang sibuk merangkai- rangkai huruf. Salah satu sebab
keadaan negara saat ini limbung adalah manusianya yang tidak bisa menciptakan
pekerjaan bagi diri sendiri, tidak tahu apa yg akan dilakukan dgn ijazah
tulisbacanya. Alhasil negara perlu uluran tangan teknisi asing dan bergantung
pada kemurahhatian investor asing dalam membenahi ekonomi sosial negara.
Bagaimana bisa menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri
kalau sistem pendidikan hanya mencetak lulusan tulis baca? Bagaimana bisa
membangun ekonomi politik mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan para
pemburu mejakursi kantoran bukannya lulusan pencipta kerja? Bagaimana bisa
keluar dari krisis kalau bangsa ini hanya ditempat duduk, mendengar, tulis,
hafal dan tes tulisan? Padahal Negara ini lebih butuh action dan acting
yang penuh aktivitas kreatif inovatif dalam gerak dan aktivitas berkarya
menghasilkan produk-produk bersaing dan penemuan-penemuan ilmiah demi bisa
eksisnya bangsa ini dari tantangan kapitalisme yang siap mencengkram
ekonomipolitik negara. Padahal negara butuh devisa yang dihasilkan dari ekspor
produk-produk unggulan tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yang
berjumlah hampir 1300 trilyun. Padahal negara perlu keluar dari jeratan negara
asing demi meningkatkan nilai tukar rupiah yang terpuruk akibat tidak adanya kecukupan
devisa hasil eksport. Padahal sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak makin
terkuras, hutan makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis. Dan
negara butuh lampu aladin plus kemurahhatian investor asing untuk bersedia membawa
devisa dan menanam modal dinegeri 1001 problema ini.
6. Kurangnya Penempaan
Fisikalist
Ini juga termasuk satu kekeliruan fatal dari dunia pendidikan kita dimana
anak didik tidak diberi program pelatihan, penempaan dan pembinaan fisik. Dan
malahan sistem yang ditegakkan adalah sistem duduk selama 4-5 jam sehari dengan
mata anak didik diarahkan kepapan tulis. Dan kegiatan tulis, menulis serta
hitungan-hitungan digiatkan dengan harapan akan muncul manusia-manusia bergiat
dan pekerja keras. Bagaimana bisa diciptakan generasi pekerja keras dan gesit
jika hanya didudukkan dan dilem pantatnya dikursi sekolah, bagaimana bisa
diharapkan akan lahir pekerja-pekerja trampil jika hanya dilatih duduk
dibelakang meja selama 4-5 jam dalam ruangan kelas. Bagaimana bisa dihasilkan
pelajar-pelajar rajin bersemangat jika diminta hanya duduk, dengar ceramah
guru, catat dan dikte, hitung angka dan pulang. Bagaimana bisa dihasilkan pekerja-pekerja
tangguh siap ekspor ketrampilan tinggi jika yang dihasilkan adalah generasi
bermental meja, Berjiwa kursi dan berpola duduk.
Bagaimana bisa
mencetak worldsports champions, jika fisiknya, tulang belulangnya, ototnya dan
jiwanya hanya dilatih duduk, duduk dan duduk dibelakang meja selama 4-5 jam
sehari sambil mendengarkan ceramah gurunya yang membosankan. Maka dari itu,
lulusan kita bermental kantoran dan birokrat serta bersedia membayar mahal atau
sogok hanya untuk mendapatkan sebuah kursi kerja kantoran dengan harapan
mendapat gaji bulanan dan uang pensiun. kenapa?Karena hanya disuruh duduk, duduk, dan duduk sambil mencatat dan menulis. Hasilnya
adalah pengangguran ketika mereka tidak memperoleh meja kerja kantoran
setuju banget,,,kurangnya pendidikan moral menyebabkan hilangnya identitas bangsa Indonesia
BalasHapusMenurut saya pendidikan kita kekurangan kedalaman filosofis dalam prosesnya saat ini. Bahwa sesungguhnya belajar itu tujuannya adalah membebaskan. Lalu belajar adalah proses yang menyenangkan. Dan ke3 adalah tujuan utama pendidikan adalah membentuk kualitas kualitas pikiran dan tindakan yg baik lalu hebat dan luar biasa.
BalasHapusKalau kita tidak bisa berbeda pendapat tentang suatu hal lalu esensi kebebasan hilang. Kalau belajar untuk lulus ujian lalu kita belajar untuk lulus walau tidak berminat dengan suatu pelajaran. Tidak menyenangkan. Kalau kita selalu berprestasi akademik bagus lalu nanti jd pejabat tetap korupsi lalu pendidikan gagal membangun hati yang jujur.
Menurut saya pendidikan kita kekurangan kedalaman filosofis dalam prosesnya saat ini. Bahwa sesungguhnya belajar itu tujuannya adalah membebaskan. Lalu belajar adalah proses yang menyenangkan. Dan ke3 adalah tujuan utama pendidikan adalah membentuk kualitas kualitas pikiran dan tindakan yg baik lalu hebat dan luar biasa.
BalasHapusKalau kita tidak bisa berbeda pendapat tentang suatu hal lalu esensi kebebasan hilang. Kalau belajar untuk lulus ujian lalu kita belajar untuk lulus walau tidak berminat dengan suatu pelajaran. Tidak menyenangkan. Kalau kita selalu berprestasi akademik bagus lalu nanti jd pejabat tetap korupsi lalu pendidikan gagal membangun hati yang jujur.