Sabtu, 05 April 2014

6 Kesalahan Sistem Pendidikan di Indonesia

Assalamu'alaikum sobat semua..., kali ini ane mau berbagi tentang fakta-fakta tentang kurangnya sistem pendidikan di Indonesia. Selamat Membaca!

1. Terlalu Fokus pada Sistem Hafalan.
            
Sejak kecil kita sudah dibiasakan untuk menghafal suatu materi pelajaran. Contoh pelajaran matematika. Sejak SD kita sudah dibiasakan untuk menghafal rumus-rumus yang cukup rumit tanpa kita diberitahu darimana rumus itu berasal. Hal inilah yang menyebabkan banyak siswa tidak paham dengan materi yang diajarkan. Siswa hanya didorong untuk mengingat, menyimpan dalam memori dan menghafal berbagai kata dan kalimat standar dengan tujuan mendapat hasil baik ketika ujian, baik ujian dikelas maupun ujian nasional. Padahal apa yang tertulis dalam segala materi pelajaran belum tentu tepat dan mungkin perlu redesign atau peninjauan ulang melalui pembahasan materi lebih teliti, juga sebagian besar adalah merupakan klasifikasi, materi dan bahan-bahan menurut paradigma berfikir barat yang Sekuler.

2.Lupa atau Sangat Kurang Penempaan Ketrampilan Dan Keahlian Kedua Tangan

Kesalahan fatal dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah tidak menghargai pekerjaan dan ketrampilan tangan, termasuk pelatihan kerja. Siswa hanya diberi materi-materi tertulis di buku maupun materi-materi yang didikte, tetapi jika disuruh menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tidak mampu, sebabnya kenapa? Karena siswa tidak didorong untuk menghasilkan karya nyata atas apa saja materi yang ditawarkan. Materi lifeskill amat kurang daripada materi menghafal dan tulisan sehingga hanya meluluskan nilai-nilai tertulis bukan nilai-nilai yang terimplementasikan dalam sebuah aktivitas.

3.Pelajar Tidak Terlatih Mengamati Alam

Salah satu kekeliruan terbesar dunia pendidikan kita adalah alam semesta telah terusir dan terpangkas menjadi pelajaran-pelajaran buku teks ilmu alam,bukan pelajaran tentang bagaimana mengamati, mengklasifikasi, meneliti dan mengobservasi alam secara langsung.Membenamkan teks dan kalimat bukan meneliti apalagi mengobservasi, tidak lebih hanyalah sebuah permainan kata-kata yang tidak bermakna dan penuh dengan kegiatan pembenaman kalimat-kalimat kedalam benak anak didik. Maka yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang hanyalah sekedar meringkas, mencontek, mengeja, mengekor dan menjiplak hasil karya ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti dan pengeksplorasi asing tanpa kita bisa menghasilkan individu-individu andal dibidang ilmu alam.

4.Sistem Pendidikan Penuh Tes Tertulis

Kesalahan terbesar dari sistem pendidikan di Indonesia adalah ujian pelajaran ditetapkan dengan tes tertulis bukan tes lapangan. Pelajar disibukkan dengan ulangan tertulis, otaknya penuh dengan kata, kalimat, angka dan peristiwa juga fakta-fakta yang mesti dibenamkan kedalam otaknya.
Maka pelajar kita hanya disiapkan untuk menjadi manusia ensiklopedia bukan manusia yang siap hidup dan berkarya nyata. Apakah teks-teks yang terdapat dalam buku pelajaran bisa menghidupi dirinya? TIDAK. Dia hidup dengan kedua tangannya dan kedua kakinya, bukan fakta-fakta dalam otaknya.
Sayang sekali kalau milyaran neuron otak dimanfaatkan hanya untuk menyimpan huruf-huruf mati.. Kenapa mesti lulus dengan nilai-nilai hasil ujian tertulis bukan ujian praktek maupun ujian pengamatan observasi ataupun ujian keolahragaan fisik.

5.Amat Kurangnya Sekolah Kejuruan

Kesalahan fatal berikutnya adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata pelajaran tulis  dan sangat kurang sekolah ketrampilan dan keahlian khusus. Padahal negara ini amat sangat kurang manusia-manusia berketrampilan teknik dan spesifik, malahan yang lebih dibudidayakan adalah manusia-manusia kalimat yang sibuk merangkai- rangkai huruf. Salah satu sebab keadaan negara saat ini limbung adalah manusianya yang tidak bisa menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, tidak tahu apa yg akan dilakukan dgn ijazah tulisbacanya. Alhasil negara perlu uluran tangan teknisi asing dan bergantung pada kemurahhatian investor asing dalam membenahi ekonomi sosial negara.
Bagaimana bisa menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri kalau sistem pendidikan hanya mencetak lulusan tulis baca? Bagaimana bisa membangun ekonomi politik mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan para pemburu mejakursi kantoran bukannya lulusan pencipta kerja? Bagaimana bisa keluar dari krisis kalau bangsa ini hanya ditempat duduk, mendengar, tulis, hafal dan tes tulisan? Padahal Negara ini lebih butuh action dan acting yang penuh aktivitas kreatif inovatif dalam gerak dan aktivitas berkarya menghasilkan produk-produk bersaing dan penemuan-penemuan ilmiah demi bisa eksisnya bangsa ini dari tantangan kapitalisme yang siap mencengkram ekonomipolitik negara. Padahal negara butuh devisa yang dihasilkan dari ekspor produk-produk unggulan tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yang berjumlah hampir 1300 trilyun. Padahal negara perlu keluar dari jeratan negara asing demi meningkatkan nilai tukar rupiah yang terpuruk akibat tidak adanya kecukupan devisa hasil eksport. Padahal sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak makin terkuras, hutan makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis. Dan negara butuh lampu aladin plus kemurahhatian investor asing untuk bersedia membawa devisa dan menanam modal dinegeri 1001 problema ini.


6. Kurangnya Penempaan Fisikalist

Ini juga termasuk satu kekeliruan fatal dari dunia pendidikan kita dimana anak didik tidak diberi program pelatihan, penempaan dan pembinaan fisik. Dan malahan sistem yang ditegakkan adalah sistem duduk selama 4-5 jam sehari dengan mata anak didik diarahkan kepapan tulis. Dan kegiatan tulis, menulis serta hitungan-hitungan digiatkan dengan harapan akan muncul manusia-manusia bergiat dan pekerja keras. Bagaimana bisa diciptakan generasi pekerja keras dan gesit jika hanya didudukkan dan dilem pantatnya dikursi sekolah, bagaimana bisa diharapkan akan lahir pekerja-pekerja trampil jika hanya dilatih duduk dibelakang meja selama 4-5 jam dalam ruangan kelas. Bagaimana bisa dihasilkan pelajar-pelajar rajin bersemangat jika diminta hanya duduk, dengar ceramah guru, catat dan dikte, hitung angka dan pulang. Bagaimana bisa dihasilkan pekerja-pekerja tangguh siap ekspor ketrampilan tinggi jika yang dihasilkan adalah generasi bermental meja, Berjiwa kursi dan berpola duduk.

Bagaimana bisa mencetak worldsports champions, jika fisiknya, tulang belulangnya, ototnya dan jiwanya hanya dilatih duduk, duduk dan duduk dibelakang meja selama 4-5 jam sehari sambil mendengarkan ceramah gurunya yang membosankan. Maka dari itu, lulusan kita bermental kantoran dan birokrat serta bersedia membayar mahal atau sogok hanya untuk mendapatkan sebuah kursi kerja kantoran dengan harapan mendapat gaji bulanan dan uang pensiun. kenapa?Karena hanya disuruh duduk, duduk, dan duduk sambil mencatat dan menulis. Hasilnya adalah pengangguran ketika mereka tidak memperoleh meja kerja kantoran

3 komentar:

  1. setuju banget,,,kurangnya pendidikan moral menyebabkan hilangnya identitas bangsa Indonesia

    BalasHapus
  2. Menurut saya pendidikan kita kekurangan kedalaman filosofis dalam prosesnya saat ini. Bahwa sesungguhnya belajar itu tujuannya adalah membebaskan. Lalu belajar adalah proses yang menyenangkan. Dan ke3 adalah tujuan utama pendidikan adalah membentuk kualitas kualitas pikiran dan tindakan yg baik lalu hebat dan luar biasa.
    Kalau kita tidak bisa berbeda pendapat tentang suatu hal lalu esensi kebebasan hilang. Kalau belajar untuk lulus ujian lalu kita belajar untuk lulus walau tidak berminat dengan suatu pelajaran. Tidak menyenangkan. Kalau kita selalu berprestasi akademik bagus lalu nanti jd pejabat tetap korupsi lalu pendidikan gagal membangun hati yang jujur.

    BalasHapus
  3. Menurut saya pendidikan kita kekurangan kedalaman filosofis dalam prosesnya saat ini. Bahwa sesungguhnya belajar itu tujuannya adalah membebaskan. Lalu belajar adalah proses yang menyenangkan. Dan ke3 adalah tujuan utama pendidikan adalah membentuk kualitas kualitas pikiran dan tindakan yg baik lalu hebat dan luar biasa.
    Kalau kita tidak bisa berbeda pendapat tentang suatu hal lalu esensi kebebasan hilang. Kalau belajar untuk lulus ujian lalu kita belajar untuk lulus walau tidak berminat dengan suatu pelajaran. Tidak menyenangkan. Kalau kita selalu berprestasi akademik bagus lalu nanti jd pejabat tetap korupsi lalu pendidikan gagal membangun hati yang jujur.

    BalasHapus