Fenomena Selfie merupakan
salah satu fenomena paling booming tahun ini. Sedemikian fenomenalnya, sehingga
Oxford Dictionaries pun menasbihkannya sebagai Word of the Year. “If it is good
enough for the Obamas or The Pope, then it is good enough for Word of the
Year”, begitu yang ditulis di situs resmi Oxford Dictionaries menyoal Selfie
sebagai Word of the year. Memang, foto narsis oleh Barrack Obama hingga Paus
Francis beberapa waktu lalu sempat mendongkrak kepopuleran “Selfie”.
Apa
itu selfie? Selfie adalah foto hasil memotret diri sendiri, biasanya dengan
smartphone atau webcam, lalu diupload ke social media.
Selfie
sesungguhnya bukan hal baru. Foto diri oleh Robert Cornelius tahun 1839,
diyakini sebagai Selfie pertama di dunia. Foto tersebut kini ditempatkan di
Library of Congress, Washington. Di Indonesia sendiri, kita telah sering
melihat foto-foto selfie sejak facebook mulai banyak dipakai. Tentu anda juga
sering melihatnya, foto diri orang berpose “Duckface”, alias
memonyong-monyongkankan bibir, konon supaya terlihat seksi.
Tapi
mengapa sih orang suka foto Selfie?
Dr
Pamela Rutledge, Psikolog asal Boston mengungkapkan bahwa dalam Selfie: “We see
ourselves alive and dynamic, a person in progress.” (bbc.co.uk). Gambar memang
mengungkapkan sejuta cerita. Daripada menulis status “berangkat kerja”, lebih
dinamis untuk memotret diri ketika hendak berangkat kerja, bukan? Begitu
kira-kira motivasinya. Lalu ketika foto tersebut di upload, ada yang memberikan
“like”, atau komentar-komentar positif, itu merupakan mood booster juga, bukan?
Dr
Rutledge juga menjelaskan, manusia pada dasarnya suka mencoba
identitas-identitas baru, dan Selfie mengakomodasi kesenangan tersebut. Selfie
tells other people how we want to be seen. Sebagaimana kita sering menemukan
seseorang yang gemar berfoto Selfie, sekali foto bisa puluhan, tapi tidak semuanya
di publish, hanya beberapa foto yang ia sukai saja. Sehingga tak jarang pula
yang menuduh kaum Selfie sebagai ‘haus perhatian’.
Kemunculan
Selfie mania ini juga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi. Bisa
anda bayangkan repotnya berfoto Selfie bila tidak ada kamera depan di
smartphone? Bisa diakali pakai cermin, atau nekat memotret dengan kamera
belakang, tapi dengan kamera depan, jauh lebih praktis dan mudah. Instagram,
sosial media khusus fotografi mencatat terdapat sedikitnya 23 Juta foto dengan
tag “Selfie”, dan 51 Juta foto dengan tag “Me”.
Tidak
ada yang salah dengan “Selfie”. Orang bebas melakukan apapun yang ia suka,
selama tidak melanggar hak orang lain. Namun demikian, tetap ada masalah yang
mungkin timbul. Misalnya, kepopuleran Selfie semakin meningkat, apalagi Obama
juga telah melakukannya. Kita tahu, politisi kita kadang suka latah meniru
strategi-strategi Obama yang konon tokcer. Nah, saya akan merasa sangat
terganggu apabila di kemudian hari menemukan spanduk dan baliho politisi kita
dengan model “Selfie”. Ampun, membayangkannya saja sudah mual. (Saya harap
politisi dan caleg-caleg membaca hasil penelitian-penelitian iklan politik di
Indonesia. Kebanyakan masih berpendapat bahwa iklan di Televisi masih merupakan
cara yang paling ampuh. Jadi tak perlu lah mengotori pemandangan dengan
spanduk-spanduk itu..)
Masalah
lain yang mungkin timbul, soal konsumerisme, bahwa tiba-tiba anda merasa kamera
HP anda sudah tidak mumpuni lagi, pixelnya kurang gede, kurang tajam dan
sebagainya, padahal ujung-ujungnya ya cuma buat motret diri sendiri, di ruangan
yang itu-itu saja. hehe.
Yang
harus disadari terkait Selfie adalah: internet merupakan dunia maya yang terus
menerus berkembang. Perilaku penggunanya belum bisa ditebak dengan jitu. Banyak
orang jahil di dalamnya! Sekali anda mengupload foto ke Internet, sebaiknya
anda relakan ketika ada yang mengambilnya, menyimpannya, bahkan mengeditnya
seenak jidat, untuk dipublish lagi. Keisengan masyarakat maya sesungguhnya
sulit dikontrol!
Juga
wajib diingat bahwa secara kultur, kita masih sulit menerima orang yang terlalu
suka menonjolkan diri sendiri. Walaupun sepertinya kultur di dunia maya bisa
saja berbeda dengan realita keseharian.
AKhir
kata, semoga di akhir periode pemerintahannya, Pak Presiden SBY tidak
ikut-ikutan foto Selfie seperti Obama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar